Rabu, 09 Juni 2010

it's all useless...Even though i've tried!!!

Sebenarnya pengen ketawa juga! Blog kok gue jadiin tempat curhat. Tapi ya masa bodo, daripada gue ngelakuin hal-hal yang beneran bodoh. Pengen cerita ke temen, lagi ga ada temen. Kalo emang ada, malah dibilang lemah lah dsb. Walau emang pendapat dan saran yang mereka kasih emang bener adanya. Tapi emang dasar gue-nya yang batu. Emang blom bisa bangkit buat saat ini.
Semua berawal dari ambisi dan cita-cita. Mungkin sejak awal, gue udah terlalu tinggi menargetkan segala sesuatu tanpa sadar dengan kemampuan sendiri. Tapi itulah faktanya, semua sudah terlanjur, target telah ditentukan dan harus segera teralisasikan. Lamaa banget gue tunggu kesempatan itu, kesempatan yg bener-bener dan harus gue kejar. Tahap demi tahap udah berhasil dilaluin dengan optimis, perkiraan yang matang "bener-bener matang". Karena terlalu optimis dan percaya diri gue lupa sama yang namanya kegagalan. Tanpa sadar gue ga siap untuk kalah, ga akan ikhlas dan rela melepas semuanya.
Dan akhirnya, semua itu terjadi. Kegagalan dan kekalahan itu muncul di hadapan gue. Hal yang ga pernah gue harapkan dan perkirakan. Kegagalan yang kesekian kali, tapi ada yang berbeda kali ini. Gue terlalu lama jatuh, bahkan ga ada yang sanggup membangunkan saat ini. Ga ada!!!

useless...it's all useless...Even though i've tried!!!

Kamis, 14 Januari 2010

Industri Telekomunikasi Selular Saat Ini

Sebenarnya posting ini lebih ke arah curhat semata, hanya pendapat saya dan tidak sepenuhnya benar. Saya merasa kecewa sekali dengan industri ini setelah berkecimpung langsung di dalamnya. Industri telekomunikasi tidak seperti yang diagung-agungkan orang dahulu. Menurut saya tidak ada kesejahteraan di sini, walau tidak sepenuhnya pendapat saya ini benar. Di industri ini begitu banyak sekali tenaga outsource, perusahaan bukan berlomba-lomba mendapatkan loyalitas karyawannya tetapi malah memberi kontrak dengan kedok outsource. Saya heran mengapa staf engineer telekomunikasi saat ini, ibarat seperti BURUH, KULI, BUDAK. Apa yang mereka perbuat tidak setimpal dengan imbalan yang mereka peroleh. Anda bisa membayangkan, imbalan yg diperoleh cuman sekedar kata GOOD JOB, WELL DONE, GREAT.

Tidak jarang terjadi takeover yang sangat tinggi pada sebuah perusahaan telekomunikasi. Karena memang perusahaan sepertinya tidak memperdulikan kesejahteraan karyawannya. Apa yang mereka janjikan malah mereka ingkari. Malah ada teman saya yang pernah berkata

"Loyalitas linear dengan Kesejahteraan"

Setelah mengalami sendiri, saya sangat setuju dengan statement ini. Kalau saya lihat staf lebih loyal kepada atasan daripada kepada perusahaan itu sendiri. Terkadang atasan pindah, satu gerbong ikut pindah.
Saya sempat sakit hati ketika ada teman yang berkata "Lo ga pernah puas!!!!!! Sabar napa...". Tiap orang punya tingkat kepuasan, begitu pula dengan saya. Tidak muluk, apa yang telah dijanjikan perusahaan dipenuhi insya Allah saya puas. Tetapi tidak ada niat dan upaya dari mereka untuk memenuhi janjinya. Sebagai salah satu alumni dari Kampus Telekomunikasi yang katanya Ternama, saya merasa dibohongi dan dibodohi.

Industri Telekomunikasi saat ini cukup kejam menurut saya. Kalau anda tahu, anda tidak akan pernah berkecimpung di dunia ini (sebagai staf engineer khususnya). Staf engineer begitu tidak ada harganya, mereka hanya ditawari kontrak sementara, bahkan kabanyakan kontrak outsource. Isi kontrak lebih banyak merugikan karyawan. Siapa yang salah? Saya? Mereka? Salahkah saya dan merekan menerima dan menandatangani kontrak itu? Mungkin benar, tetapi cuman di industri ini saya dan mereka ibisa bertahan hidup dengan mengandalkan latar belakang pendidikan saya. Situasi yang membuat kami
menjadi serba salah.

Mumet! Dengan adanya vendor cina, bukan malah memberi celah untuk mencari kesejahteraan, malah kalau salah langkah kita bisa terperangkap, terjerumus. Banyak yang berkomentar dengan adanya vendor cina, mematikan industri telekomunikasi di Indonesia khususnya. Coba anda bayangkan, Siemens, Nokia, Ericsson tidak berkutik mengahadapi persaingan dengan vendor-vendor cina. Dengan itu saja sudah membawa imbas negatif buat staf-staf lokal. Saya tidak bisa membayangkan ketika perdagangan bebas Indonesia-cina telah resmi dumulai. Bisakah engineer lokal bersaing dengan engineer dari luar. Bisakah saya dan mereka bertahan dengan ketatnya persaingan.

Saat ini yang terpikirkan oleh saya adalah bukan mencari,tetapi mengejar semua kesempatan. Saya tidak ragu PERGI dari industri ini, saya bosan, muak dan frustasi berada di sini.

Begitu frustasinya, sampai-sampai hampir saya meneteskan air mata. Andai saja tidak di kantor mungkin saya sudah menangis sejadi-jadinya. Saat ini saya cuman bisa berharap, industri telekomunikasi bisa membaik, perusahaan lebih memperhatikan engineer mereka. tidak hanya mengejar profit semata.